“Always trying to be strong will only hinder our ability to heal…”
Setelah jadi ibu, aku jadi semakin paham bahwa memvalidasi perasaan itu penting sekali. Perasaan itu seperti ombak; datang, pergi, turun, naik… wajar saja, kan, kita manusia. Perasaan itulah yang membuat kita ini manusia, so why do we have to deny it?
Lalu, kalau kita mengalami hari yang buruk, kesedihan dan kepanikan, adakah yang bisa dilakukan untuk menjalani hari dengan perasaan lebih baik?
Beberapa minggu yang lalu, aku diundang oleh Paprika Living untuk mengikuti pelatihan self-healing. Pengajarnya, mbak Susan Hartono, adalah seorang healer dan founder dari Self Awareness Network. Mbak Susan mengajari kita langkah-langkah sederhana self-healing yang bisa dilakukan siapa saja.

Semua Bisa Melakukan Self-healing
Acceptance is Crucial
Hal pertama yang diperlukan dalam self-healing adalah belajar konsep penerimaan yang benar. Mungkin banyak dari kita yang masih mengira bahwa ‘menerima’ itu sama artinya dengan pasrah atau lemah. Padahal, konsep menerima itu sejatinya adalah tidak berbohong kepada diri sendiri, tidak denial, atau tidak menghindar dari masalah. Menerima itu adalah menerima dengan sadar kondisi yang kita alami, lengkap dengan segala emosi yang kita rasakan.
Acceptance bukanlah
- sikap setuju, mendukung, suka, menerima
- bukan berarti kita tidak melakukan sesuatu untuk mengubah keadaan
- bukan berarti pasif dan pesimis
- bukan menyerah
Acceptance artinya
- lawan dari ‘denial’
- tidak membohongi diri sendiri
- menerima apa adanya
Setelah kita sudah bisa menerima diri/masalah kita lengkap dengan segala emosinya, saatnya kita melakukan langkah selanjutnya, yaitu
Mindfulness
Mindfulness is an awaresness that arises through paying attention to the present moment. Singkatnya, hadir. Sederhana, namun konsep hadir sepenuhnya ini sering kita lupakan. Kita harus rajin latihan untuk sadar dan hadir in the present moment, merasakan segala perasaan yang datang. Bukannya malah mengingat masa lalu atau membayangkan masa depan yang belum jelas, saat kita dirundung masalah. Menurut Mbak Susan, saat kita sadar, kita akan mengizinkan diri kita embracing the feeling, jadi akan mempermudah kita untuk menjalani hari.
Move On
Acceptance & mindfulness adalah tools untuk mengubah hubungan kita dengan masalah (bukan untuk menyelesaikan masalah). Jika hubungan kita terhadap masalah sudah berubah, berarti cara pandang kita terhadap masalah juga akan berubah. Setelah kita nangis, ngamuk atau curhat panjang sampai lega, barulah kita bisa berjalan maju menghadapi masalah dan mengambil hikmah dari masalah tersebut.
“It is much healthier to admit that we are not okay (at the moment) than to pretend everything is okay, when it is not”
Berikut cuplikan video dari workshop Paprika Living X Jenius Connect (ssttt, ada siapa, tuh, nongol di belakang? hihi)